November 12, 2009

Abstract dan Interface


Tumbuhan.java


abstract class tumbuhan{
protected String nama;
protected boolean makanSerangga = false;
protected boolean insektivora = false;

public tumbuhan(String nama,boolean makanSerangga,boolean insektivora){
this.nama = nama;
this.makanSerangga = makanSerangga;
this.insektivora = insektivora;
}
    
public abstract void makan();

public static void jenis(){
System.out.println("makan sayur dan buah");
}
       
public void tumbuhan( ){
System.out.println("\nNama           : "+nama);
System.out.println("Makan Serangga : "+makanSerangga);
System.out.println("insektivora    : "+insektivora);
}
}

Hewan.java


abstract class hewan{
protected String nama;
protected boolean makanTumbuhan = false;
protected boolean makanHewan = false;
protected boolean herbivora = false;
protected boolean karnivora = false;

public hewan(String nama,boolean makanTumbuhan,boolean makanHewan,boolean herbivora,boolean karnivora){
this.nama = nama;
this.makanTumbuhan = makanTumbuhan;
this.makanHewan = makanHewan;
this.herbivora = herbivora;
this.karnivora = karnivora;
}
    
public abstract void makan();

public static void jenis(){
System.out.println("makan daging, ayam ");
}
       
public void hewan( ){
System.out.println(" ");
System.out.println("Nama           : "+nama);
System.out.println("Makan Tumbuhan : "+makanTumbuhan);
System.out.println("Makan Hewan    : "+makanHewan);
System.out.println("Herbivora      : "+herbivora);
System.out.println("karnivora      : "+karnivora);
}
}

Manusia.java


interface manusia {
public void makan();
public void tipe();
}

Kucing.java


class kucing extends hewan{
public kucing(){
super("Kucing",false,true,false,true);
}
    
public void makan(){
System.out.println("\n mmeeeeeeeeooooooong\n");
}
    
public static void main(String[]args){
kucing s = new kucing();
s.hewan();
s.makan();
}
}





















Kelinci.java


class kelinci extends hewan{
public kelinci(){
super("Kelinci",true,false,true,false);
}
    
public void makan(){
System.out.println("\n ciit...ciittt\n");
}
    
public static void main(String[]args){
kelinci j = new kelinci();
j.hewan();
j.makan();
}
}




















Kantongsemar.java


class kantongsemar extends tumbuhan{
public kantongsemar(){
super("Kantong Semar",true,true);
}
    
public void makan(){
System.out.println("\n haaaaaaap\n");
}
    
public static void main(String[]args){
kantongsemar ks = new kantongsemar();
ks.tumbuhan();
ks.makan();
}
}
 










Superman.java


class batman extends hewan implements manusia{
public batman(){
super("Batman",true,true,true,true);
}
    
public void makan(){
System.out.println("\n nyam..nyam..nyam.. \n");
}
    
public void jenis1(){
super.jenis();
}
    
public void tipe(){
System.out.println("\n semua dimakan..pasti omnivora\n");
}
    
public static void rasa(){
System.out.println("\n enaaaaaaakkkk\n");
}

public static void main(String[]args){
batman s = new batman();
s.hewan();
s.makan();
s.jenis1();
tumbuhan.jenis();
s.tipe();
rasa();
}
}



Oktober 21, 2009

Penggunaan SuperClass dan SubClass


Contoh SuperClass dalam Pengelompokkan Binatang menurut Jenis Makanannya


class SuperClass {
public void Binatang() {
    System.out.println("Pengelompokkan Binatang :");
    System.out.println("* Binatang Karnivora");
    System.out.println("* Binatang Hernivora");
    System.out.println("* Binatang Omnivora");
}
    public static void main(String[] args) {
        SuperClass sc = new SuperClass();
        sc.Binatang();
    }
}

OUTPUT














Contoh SubClass dalam Pengelompokkan Binatang menurut Jenis Makanannya

class SubClass extends SuperClass {
    public void Panggil() {
        super.Binatang();
        System.out.println("Contoh Binatang :");
    }

public void Binatang Karnivora() {
    System.out.println("* Binatang Karnivora : Harimau, Singa,  Anjing, dll");
}
public void Binatang Herbivora() {
    System.out.println("* Binatang Herbivora : Kambing, Sapi, Kuda, dll");
}
public void Binatang Omnivora() {
    System.out.println("* Binatang Omnivora  : Burung, Ayam, Itik, dll");
}
public static void main(String[]args) {
    SubClass scs = new SubClass();
    scs.Panggil();
    scs.Binatang Karnivora();
    scs.Binatang Herbivora();
    scs.Binatang Omnivora();
}
}



OUTPUT
Pengelompokkan Binatang :
* Binatang Karnivora
* Binatang Herbivora
 * Binatang Omnivora
Contoh Binatang :
* Binatang Karnivora : Harimau, Singa,  Anjing, dll
* Binatang Herbivora : Kambing, Sapi, Kuda, dll
* Binatang Omnivora  : Burung, Ayam, Itik, dll

Oktober 17, 2009

Peranan Bahasa Indonesia dalam Konsep Ilmiah

I.    Bahasa Indonesia Benar dengan Baik
    Bahasa vang digunakan akan dikatakan baik jika maksud yang diungkapkan dapat dipahami dengan tepat oleh orang yang menerima bahasa tersebut. Dengan kata lain, bahasa yang baik adalah bahasa vang efektif dalarn menvampaikan suatu maksud. Bahasa vang baik tidak selalu harus ragam baku. Keefektifan komunikasi lebih banyak ditentukan oleh keserasian bahasa itu dengan situasinva (waktu. tempat. dan orang yang diajak bicara). Bisa saja bahasa yang baik itu tidak benar kaidah kaidahnya. Sebaliknya, bahasa vang benar kaidah kaidahnya belum tentu bahasa. vang baik Sebab. misalnva akan janggal kedengarannya bila di kantin kita menggunakan ragam bahasa baku seperti bahasa seorang i1muwan yang sedang ceramah di dalam suatu seminar. Sebaliknva, akan janggal pula bila seorang ilmuwan yang sedang ceramah di dalam suatu seminar menggunakan bahasa seperti seorang awam yang sedang ngobrol di kantin. Dengan demikian, bahasa yang benar dengan baik  itu adalah bahasa yang sesuai dengan  kaidah dan sesuai dengan situasi.


II.    Syarat Kebahasaan


1.    Baku
    Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Demikian juga, pemilihan kata/istilah, dan penulisan sesuai dengan kaidah ejaan.
2.    Logis
    Ide atau pesan yang disampaikan melalui bahasa Indonesia ragam ilmiah dapat diterima akal.
3.    Kuantitatif
    Keterangan yang dikemukakan dalam tulisan dapat diukur secara pasti.
4.    Tepat
    Ide yang diungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh penutur atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.
5.    Denotatif
    Kata vang digunakan dipilih sesuai dengan arti sesungguhnya dan tidak melibatkan perasaan karena sifat ilmu itu objektif
6.    Ringkas
    Ide dan gagasan diungkapkan dengan kalimat pendek sesuai dengan kebutuhan, pemakaian kata seperlunya, tidak berlebihan.
7.    Runtun
    Ide diungkapkan secara teratur sesuai dengan urutan dan tingkatannya baik dalam kalimat maupun dalam paragraf.
 

III.    EJAAN
    Ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran melalui huruf, menetapkan tanda-tanda baca, memenggal kata, dan bagaimana menggabungkan kata. Jadi, bagaimana menuliskan bahasa lisan dengan aturan-aturan tersebut itulah yang berhubungan dengan ejaan. Dari segi bahasa, ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi bahasa (kata, kalimat) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf dan tanda baca).
Lingkup pembahasan dalam ejaan meliputi hal-hal sebagai berikut:
   
1.    Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring
1)    Huruf Kapital
    Huruf kapital tidak identik dengan huruf besar meskipun istilah ini biasa diperlawankan dengan huruf kecil. Istilah huruf kapital digunakan untuk menandai satu bentuk huruf yang karena memiliki fungsi berbeda dalam kata atau kalimat menjadi berbeda dari bentuk huruf lain meskipun secara fonemis sebunyi. Huruf  A (kapital) secara fonemis sebunyi dengan a (kecil), tetapi karena fungsinya berlainan, penampilan grafisnya berbeda. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat, nama tempat, nama orang, dan lain-lain. Secara umum, penggunaan huruf kapital tidak menimbulkan permasalahan. Kesalahan penulisan sering terjadi pada penulisan kata Anda. Kata Anda harus selalu ditulis dengan (A) kapital meskipun terletak di tengah atau di akhir kalimat.
2)    Huruf Miring   
    Sebuah huruf,  kata, atau kalimat ditulis dengan huruf miring untuk membedakan dari huruf, kata, atau kalimat lain dalam sebuah kata, kalimat, paragraf, atau karangan utuh.  Huruf yang dicetak miring adalah penanda yang mengacu ke beberapa informasi, antara lain sebagai penekanan, kutipan dari bahasa asing, istilah latin, nama penerbitan (koran, majalah, dan lain-lain). Jika ditulis dengan menggunakan mesin tik manual atau tulisan tangan, huruf miring diganti dengan garis bawah. Garis bawah hendaknya ditulis per kata, bukan per kalimat.
Contoh:
a.    Artikelnya yang berjudul “Perkembangan Sains dan Teknologi di Indonesia” dimuat pada koran Media Indonesia   (Salah)
b.    Artikelnya yang berjudul “Perkembangan Sain dan Teknologi di Indonesia” dimuat pada koran Media Indonesia  (Betul)


2.    Penulisan Kata
Beberapa hal yang termasuk ke dalam pembahasan tentang penulisan kata adalah penulisan (1) kata dasar, (2) kata turunan, (3) bentuk ulang, (4) gabungan kata, (4) kata ganti ku, mu, kau, dan nya, (5) partikel, (6) singkatan dan akronim, dan (7) angka dan lambang bilangan. Kecuali gabungan kata (3), penulisan kata umumnya tidak menimbulkan permasalahan.
Kesalahan penulisan gabungan kata umumnya ditemukan pada istilah khusus yang salah satu unsurnya hanya digunakan dalam kombinasi. Unsur gabungan kata yang demikian sering ditulis terpisah, padahal seharusnya disatukan.
 

3.    Penulisan Unsur Serapan
    Sebagaimana diketahui, bahasa Indonesia diangkat dari bahasa Melayu. Di dalam perkembangannya bahasa ini banyak menyerap dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun asing. Bahasa Sunda, Jawa, dan Batak adalah tiga contoh bahasa daerah yang banyak memperkaya bahasa Indonesia. Sementara itu, bahasa asing yang banyak diserap adalah bahasa Belanda, Inggris, Portugis, Sanskerta, Arab, dan Cina.
    Kriteria penyerapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia secara lebih terperinci bisa dilihat pada diktat kuliah (lampirannya). Secara umum bisa dikatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang menulis bunyi. Artinya, pelafalan kita terhadap sebuah kata asing, itulah yang ditulis dalam bahasa Indonesia meskipun tidak sama sebunyi) betul.
 

4.    Pemakaian Tanda Baca
    Kalimat yang baik harus didukung oleh penggunaan tanda baca yang tepat. Para penulis sering tidak memperhatikan hal ini. Akibatnya, masih banyak ditemukan kesalahan dalam pemakaian tanda baca tersebut.
    Pemakaian tanda baca dalam kalimat sangat penting bukan hanya untuk ketertiban gramatikal, melainkan juga bagaimana gagasan yang dikemukakan bisa tersampaikan dengan baik. Manusia memahami sesuatu dengan bahasa, tetapi karena bahasa pula manusia bisa salah paham. Pemakaian tanda baca adalah salah satu cara untuk menghindari kesalahpahaman tersebut.
 

5.    Penomoran
Dalam memberikan nomor, harus diperhatikan hal-hal berikut :
1.    Romawi Kecil
Penomoran dengan memakai romawi kecil dipakai untuk halaman judul, abstrak, kata pengantar atau prakata, daftar isi, daftar tabel, daftar grafik, daftar singkatan dan lambang.
2.    Romawi Besar
Angka Romawi besar digunakan untuk menomori tajuk bab (bab pendahuluan, bab teoretis, bab metode dan objek penelitian, bab analisis data, dan bab penutup).
3.    Penomoran dengan Angka Arab
Penomoran dengan angka Arab (0―9) dimulai bab I sampai dengan daftar pustaka.
4.    Letak Penomoran
Setiap penomoran yang bertuliskan dengan huruf kapital, nomor halaman diletakkan atau berada di tengah-tengah, sedangkan untuk nomor selanjutnya berada di tepi batas (pias) kanan atas.
5.    Sistem Penomoran
Sistem penomoran dengan angka arab mempergunakan sistem dijital. Angka terakhir dalam sistem dijital tidak diberikan titik seperti 1.1 Latar Belakang Masalah, 3.2.2 Sejarah dan Perkembangan PT Telkom. Akan tetapi, bila satu angka diberi tanda titik seperti 1. Pendahuluan, 2. Landasan Teori dll. (dalam makalah). Apabila ada penomoran sistem dijital antara angka Arab dengan huruf, harusdicantumkan titik seperti 3.2.2.a. Sistem penomoran pada dasarnya mengikuti kaidah Ejaan yang Disempurnakan.
Contoh:
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
BAB I PENDAHULUAN
    1.1 Latar Belakang Penelitian
    1.2 Identifikasi Masalah
    1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
        1.3.1 Tujuan Penelitian
        1.3.2 Kegunaan Penelitian
    1.4 Kerangka Pemikiran
    1.5 Metode Penelitian
    1.6 Rancangan Analisis Data
    1.7 Lokasi dan Lamanya Penelitian


IV.    TATA KALIMAT
1.    Definisi
    Kalimat :satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri intonasi akhir. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Kalimat bisa diartikan pula dengan gugusan kata berstruktur atau bersistem yang mampu menimbulkan makna yang sempurna . Makna yang sempurna adalah suatu makna yang dapat diterima oleh orang lain sesuai dengan maksud yang dimiliki pembuat kalimat
 

2.    Fungsi dalam Komunikasi
Fungsi kalimat : menyampaikan pesan.
Unsur-Unsur Komunikasi: Pengirim, Penerima, Sarana

3.    Pengaruh bahasa daerah
Contoh:
1.    Pengangkatan Pegawai negeri itu belum ada surat keputusannya
2.    Atas perhatian Saudara kami haturkan terima kasih
3.    Teknologinya Jepang jauh lebih maju dari kita
4.    Kita punya kemampuan terbaik

4.    Pengaruh bahasa asing
Contoh:
1.    My name is Andi (nama saya adalah Andi)
2.    He knows a restaurant where we can get a drink (Dia tahu rumah makan di mana kita bisa mendapatkan minuman)
3.    Aeroplanes which cross the Atlantic are jets (pesawat-pesawat yang mana mengarungi lautan atlantik itu adalah jet)
4.    The man to whom the letter was addressed had died months before (orang kepada siapa surat itu dialamatkan telah meninggal beberapa bulan lalu
5.    The travelers with whom I had spoken come from distant town (para pelncong dengan siapa saya telah berbicara datang dari kota yang jauh)

5.    Kalimat Rancu
Kalimat rancu terjadi jika kekacauan  penggabungan dua bentuk (dua bentuk yang benar disatukan menjadi salah)
Contoh:
1.    Diperlebarkan    : dilebarkan/diperlebar
2.    Seringkali        : sering-sering/berkali-kali
3.    Dan lain sebagainya: dan lain-lain/dan sebagainya
4.    Kadngkala        : kadang-kadang/adakala
5.    Pada zaman dahulu kala: zaman/kala

6.    Kalimat Taksa
Kalimat yang memiliki makna lebih dari satu  (konotatif)
Contoh:
1.    Lukisan Jamilah dipajang juga dalam pameran itu.
2.    Garasi mobil yang mewah itu selalu terpelihara
3.    Ibu Ahmad sakit

7.    Kalimat Tidak Logis
Kalimat yang secara semantik tidak bisa diterima akal.
Contoh:
1.    Yang kencing di WC itu harus disiram
2.    Dilarang kers membuang sampah ke sungai.
3.    Jangan memarkir kendaraan di daerah bebas parkir

8.    Kalimat Mubazir/Pleonastis
Kalimat yang menggunakan kata atau kelompok kata yang berlebihan
Contoh:
1.    Banyak kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan semaunya tanpa aturan.
2.    Tindakan manajer itu terlu keras sehingga akibatnya menyebabkan karyawn berunjuk rasa.
Kata yang sama maknanya:
a) Adalah merupkan, b) mulai sejak, c) ulang kembali, d) amat sangat sekali

MENYUSUN KARYA TULIS ILMIAH
Topik adalah pokok masalah yang akan dibahas dengan syarat berikut ini.
Problematis artinya menuntut pemecahan masalah, tidak hanya membicarakan sesuatu tetapi harus mencari pemecahan masalah. Dengan kata lain, sebuah topik tidak hanya dideskripsikan, tetapi dianalisis dan dicari solusinya sampai pada akhirnya ditegaskan pada simpulan dan bila perlu diusulkan dengan saran. Misalnya, topik pengembangan industri kayu. Di sini kita tidak hanya berbicara apa dan bagaimana perkembangan industri kayu itu. Akan tetapi, kita harus mencari upaya apa yang harus ditempuh untuk mengembangkan industri kayu sebagai salah satu kegiatan ekonomi masyarakat.
Terbatas maksudnya pokok bahasan tidak terlalu melebar jauh sehingga penulis tidak mungkin mengkajinya dan data tak mungkin diperoleh. Topik yang terlalu luas harus dibatasi dengan pembatasan substansi, lokasi, waktu dsb. Misalnya, urusan penanggulangan pencemaran harus dibatasi pencemaran apa , misalnya, limbah, lalu limbah apa misalnya limbah rumah sakit. Pada judul dapat dibatasi lagi dengan menambahkan lokasinya dimana. Dengan pembatasan demikian, penulis dapat mengkaji dan membahas masalah tersebut secara mendalam dan tuntas dengan data yang jelas dapat diperoleh. Dengan demikian, karangan itu memenuhi salah satu ciri karangan ilmiah.
Syarat lain yang tak kurang pentingnya adalah topik itu menarik, penting, aktual, dan data dapat diperoleh baik data literatur maupun lapangan.
Tema adalah topik yang sudah jelas mengandung tujuan. Contoh: jika topik penanggulangan pencemaran udara disertai tujuan menanggulangi pencemaran udara dengan mengurangi emisi kendaraan bermotor maka temanya : penanggulangan pencemaran udara melalui pengurangan emisi kendaraan bermotor
    Dari topik dan tema dapat diangkat menjadi judul karangan ilmiah. Judul karangan ilmiah  harus memenuhi syarat (a) menggambarkan isi, (b) singkat, (c) menarik minat pembaca, dan (d) tidak provokatif.
Contoh :
Upaya menurunkan risiko bahaya gempa bumi.



Sumber :
ai3.itb.ac.id/~basuki/usdi/TPB-kuliah/materi/.../tatatuliskaryailmiah.ppt
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/agus_buku_ajar.pdf

Perkembangan Bahasa Indonesia

I.    Sejarah Bahasa Indonesia
    Bahasa Indonesia yang kini dipakai sebagai bahasa resmi di Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Hal ini ditandaskan dalam Kongres Bahasa Indonesia di Medan 1954. Pada hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, diresmikan suatu bahasa nasional, yaitu bahasa Indonesia. Nama baru ini bersifat politis, sejalan dengan nama negara yang diidam-idamkan. Perkembangan bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia tidak terjadi dalam waktu yang singkat, tetapi mengalami proses pertumbuhan secara perlahan dengan perjuangan yang sangat keras.
    
    Beberapa faktor yang memungkinkan diangkatnya bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan menurut Prof. Dr. Slamet Mulyana adalah sebagai berikut :
1.    Sejarah telah membantu penyebaran bahasa Melayu. Bahasa Melayu merupakan lingua franca (bahasa perhubungan / perdagangan) di Indonesia. Malaka pada masa jayanya menjadi pusat perdagangan dan pengembangan agama Islam. Dengan bantuan para pedagang, bahasa Melayu disebarkan ke seluruh pantai Nusantara terutama di kota-kota pelabuhan. Bahasa Melayu menjadi bahasa perhubungan antar individu. Karena bahasa Melayu itu sudah tersebar dan boleh dikatakan sudah menjadi bahasa sebagian penduduk, Gubernur Jenderal Rochusen kemudian menetapkan bahwa bahasa Melayu dijadikan bahasa pengantar di sekolah untuk mendidik calon pegawai negeri bangsa bumi putera.
2.    Bahasa Melayu mempunyai sistem yang sangat sederhana ditinjau dari segi fonologi, morfologi, dan sintaksis. Karena sistemnya yang sederhana itu, bahasa Melayu mudah dipelajari. Dalam bahasa ini tidak dikenal gradasi (tingkatan) bahasa seperti dalam bahasa Jawa atau bahasa Sunda dan Bali, atau pemakaian bahasa kasar dan bahasa halus.
3.    Faktor psikologi, yaitu bahwa suku Jawa dan Sunda telah dengan sukarela menerima bahasa Melayu sebagai bahasa nasional, sematamata karena didasarkan kepada keinsafan akan manfaatnya segera ditetapkan bahasa nasional untuk seluruh kepulauan Indonesia.
4.    Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan dalam arti luas.

    Untuk mengikuti pertumbuhan bahasa Indonesia dari awal, terdapat fakta-fakta historis hingga sekarang sebagai berikut :
1.    Sebelum Masa Kolonial
    Bahasa Melayu dipakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII. Hal ini terbukti dengan adanya empat buah batu bertulis peninggalan kerajaan Sriwijaya. Keempat batu bersurat itu ditemukan di Kedukan Bukit (680), di Talang Tuwo (dekat Palembang) (684), di Kota Kapur (Bangka Barat) (686), di Karang Berahi (Jambi) (688). Bukti lain ditemukan di Pulau Jawa yaitu di Kedu. Di situ ditemukan sebuah prasasti yang terkenal bernama inskripsi Gandasuli (832) Berdasarkan penyelidikan Dr. J.G. De Casparis dinyatakan bahwa bahasanya adalah bahasa Melayu kuno dengan adanya dialek Melayu
Ambon, Timor, Manado, dsb.
2.    Masa Kolonial
    Ketika orang-orang barat sampai di Indonesia pada abad XVII, mereka menghadapi suatu kenyataan bahwa bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi dalam pergaulan dan bahasa perantara dalam perdagangan. Ketika bangsa Portugis maupun bangsa Belanda mendirikan sekolah-sekolah, mereka terbentur dalam soal bahasa pengantar. Usaha menerapkan bahasa Portugis dan Belanda sebagai bahasa pengantar mengalami kegagalan. Demikian pengakuan Belanda Dancerta tahun 1631. Ia mengatakan bahwa kebanyakan sekolah di Maluku memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.
3.    Masa Pergerakan Kebangsaan
    Pada waktu timbulnya pergerakan kebangsaan terasa perlu adanya suatu bahasa nasional, untuk mengikat bermacam-macam suku bangsa di Indonesia. Suatu pergerakan yang besar dan hebat hanya dapat berhasil kalau semua rakyat diikutsertakan. Untuk itu, mereka mencari bahasa yang dapat dipahami dan dipakai oleh semua orang. Pada mulanya agak sulit untuk menentukan bahasa mana yang akan menjadi bahasa persatuan., tetapi mengingat kesulitan-kesulitan untuk mempersatukan
berbagai suku bangsa akhirnya pada 1926 Yong Java mengakui dan memilih bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.

    Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti tersebut di atas, akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1928, yaitu saat berlangsungnya Kongres Pemuda Indonesia di Jakarta dihasilkan ikrar bersama, “Ikrar Sumpah Pemuda”.
1)    Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu – Tanah air Indonesia.
2)    Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia.
3)    Kami putra-putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

4.    Masa Jepang dan Zaman Kemerdekaan
    Setelah Perang Dunia II, ketika tentara Jepang memasuki Indonesia, bahasa Indonesia telah menduduki tempat yang penting dalam perkembangan bahasa Indonesia. Usaha Jepang untuk menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda tidak terlaksana. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan dan untuk keperluan ilmu pengetahuan.

II.    Peristiwa-peristiwa penting yang berkaitan dengan perkembangan bahasa Melayu/Indonesia

Perinciannya sebagai berikut:
1.    Pada tahun 1901 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. van Ophuijsen dan ia dimuat dalam Kitab Logat Melayu.
2.    Pada tahun 1908 Pemerintah mendirikan sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 ia diubah menjadi Balai Pustaka. Balai itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.
3.    Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda pilihan mamancangkan tonggak yang kukuh untuk perjalanan bahasa Indonesia.
4.    Pada tahun 1933 secara resmi berdirilah sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan.
5.    Pada tarikh 25-28 Juni 1938 dilangsungkanlah Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
6.    Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar RI 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.
7.    Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van Ophuijsen yang berlaku sebelumnya.
8.    Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tarikh 28 Oktober s.d. 2 November 1954 juga salah satu perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara.
Ada beberapa istilah yang biasa digunakan untuk bahasa Indonesia, yakni:
1.    Bahasa Resmi
Bahasa Resmi ialah bahasa yang telah disahkan/disresmikan pemakaiannya melalui Undang-Undang atau peraturan Pemerintah, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, pasal 36. Resmi sah Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa, bahasa resmi adalah sebuah system linguistic yang ditetapkan untuk digunakan dalam suatu pertemuan seperti seminar, konferensi, rapat dan sebagainya. Untuk bahasa resmi dipersidangan yang digunakan : contoh dalam siding Internasional di PBB yaitu bahasa Inggris, bahasa Prancis, bahasa Spanyol, bahasa Cina, bahasa Arab dan ditambah bahasa Indonesia.
Untuk dalam konteks social di Indonesia, bahasa Negara dapat diindentikan dengan bahasa resmi, yaitu bahasa Nasional Indonesia.
2.    Bahasa Negara
Bahasa Negara adalah sebuah bahasa yang secara resmi dalam Undang-Undang Dasar sebuah Negara ditetapkan sebagai alat komuikasi resmi Kenegaraan, artinya, segala urusan kenegaraan, administrasi kenegaran, dan kegiatan-kegiatan kenegaran dijalankan dengan menggunakan bahasa itu.
3.    Bahasa Persatuan
Bahasa persatuan ialah bahasa yang berfungsi mempersatukan semua suku bangsa yang ada di Indonesia. Bahasa persatuan ialah bahasa yang digunakan sebagai alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda latar belakang social, dan bahasanya.
4.    Bahasa Kesatuan
Bahasa Kesatuan adalah bahasa yang telah menjadi satu dari berbagai bahasa daerah di Indonesia dapat diikat oleh bahasa Indonesia Pengertian kesatuan dan persatuan untuk bahasa Indonesia hampir tidak ada bedanya. Tapi jika istilah ini kita tinjau dari segi tatanegara, jauh sekali bedanya. Misalnya Negara kesatuan adalah Negara unifikasi, seperti Republik Indonesia, sedangkan Negara persatuan adalah Negara federal seperti Indonesia pada masa R.I.S (Republik Indonesia Serikat) atau seperti Negara Amerika Serikat sekarang.
5.    Bahasa Nasional
Bahasa Nasional ialah bahasa kebangsaan (bahasa yang muncul dari bangsa itu sendiri, nasional dari kata nation ‘bangsa’), yang digunakan sebagai bahasa perhubungan resmi berbagai-bagai masyarakat yang berbeda-beda latar belakang social budaya dan bahasanya dalam suatu bangsa. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa bahasa Nasional, bahasa Negara, bahasa resmi, bahasa Kesatuan dan bahasa Persatuan Indonesia mengacu pada satu system linguistik yang sama yaitu bahasa Indonesia, sedangkan di Filipina, di india,dan Singapura tidak.

III.    PERANAN BAHASA INDONESIA
Peranan bahasa bagi bangsa Indonesia adalah bahasa merupakan sarana utama untuk berpikir dan bernalar, seperti yang telah dikemukakan bahwa manusia berpikir tidak hanya dengan otak. Dengan bahasa ini pula manusia menyampaikan hasil pemikiran dan penalaran, sikap, serta perasannya. Bahasa juga berperan sebagai alat penerus dan pengembang kebudayaan. Melalui bahasa nilai – nilai dalam masyarakat dapat diwariskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Didalam suatu masyarakat, bahasa mempunyai suatu peranan yang penting dalam mempersatukan anggotanya. Sekelompok manusia yang menggunakan bahasa yang sama akan merasakan adanya ikatan batin di antara sesamanya.

Sumber :
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1014230
http://cafestudi061.wordpress.com/2009/01/30/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/
http://ninityulianita.wordpress.com/2009/08/19/sejarah-perkembangan-bahasa-indonesia/
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/06/agus_buku_ajar.pdf

Oktober 15, 2009

jam

September 26, 2009

Tugas Pemrogaman Berbasis Objek (Java)

1. contoh penggunaan keyword Break :
package javaapplication1;


class TestBreak {
    public static void main(String args[]) {
        for(int x=0;x<10;x++)
        {
            if(x==4)
                break;
            System.out.println("Nilai x :"+x);
        }
    }

OUTPUT :
Nilai x : 1
Nilai x : 2
Nilai x : 3
Nilai x : 5
Nilai x : 6
Nilai x : 7
Nilai x : 8
Nilai x : 9

2. contoh penggunaan keyword  continue :

package javaapplication2;


class TestContinue {
    public static void main(String args[]) {
        int x=10;
        while(x<=20) {
            x++;
            if(x%2==0)
                continue;
            System.out.println("Nilai x :"+x);
        }
    }

OUTPUT :
Nilai x : 12
Nilai x : 14
Nilai x : 16
Nilai x : 18
Nilai x : 20

3. Penggunaan keyword return , method setter , method getter

package javaapplication3;


class Manusia
{
    String nama;
    boolean isKenyang;
    int jmlpiring;
    void setNama(String _nama) // penggunaan method setter
    {
        nama = _nama;  
    }
    String getNama() // penggunaan method getter
    {
        return nama; // penggunaan keyword return
    }
    void makan()
    {
        cekjmlpiring();
        if(isKenyang==false)
        {
            System.out.println(nama+ "Lapar makan ahh ...");
            System.out.println(nama+ "Sudah makan tadi ..");
     }  
    }
   
    void cekjmlpiring()
    {
        jmlpiring = jmlpiring +1;
        if(this.jmlpiring>3)
            isKenyang = true;
    }
}
class DemoManusia
{
    public static void main(String []args)
    {
        Manusia m1=new Manusia();
        m1.setNama("Prima"); // penggunaan method setter
        m1.makan();
        m1.makan();
        m1.makan();
        m1.makan();
    }
}
OUTPUT :
Prima Sudah makan tadi ..